Rabu, 02 Oktober 2019

Prabowo Tuding Garuda Indonesia Bangkrut Ini Jawaban Dirut

Prabowo Tuding Garuda Indonesia Pailit, Ini Jawaban Dirut

Jakarta - Direktur Penting PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Pahala N. Mansury malas memberi komentar banyak berkaitan tuduhan dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Prabowo dalam satu acara Ijtima' Ulama di Menara Peninsula, Jakarta Barat, Jumat, 27 Juli 2018, terus-terang menunjuk perusahaan plat merah itu pailit.

Gw tidak mau menyikapi pengakuan ia sebab gw di sini jalankan perusahaan. Tolong lihat keadaan Garuda sekarang terus lebih baik, kata Pahala waktu didapati setelah pertemuan wartawan di Kantor Garuda Indonesia, Gambir, Jakarta Pusat, Senin, 30 Juli 2018.

Pahala menjelaskan jika dianya lebih senang tidak terjebak dalam diskusi di ranah itu. Sebab, Dia menyangka arah dari pengakuan Prabowo makin banyak pada faktor politiknya. Gw tidak ingin dipasangkan sama pengakuan beliau sebab kan di sini di perusahaan korporasi, katanya.

Dalam acara itu, Prabowo sebetulnya tidak cuma menunjuk Garuda Indonesia yang pailit, dan juga PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) serta PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Lalu, Prabowo menyebutkan mata uang rupiah makin rusak serta melemah, kemiskinan naik 50 % dalam 5 tahun paling akhir. Paling akhir, Prabowo menjelaskan 1/2 dari kekayaan nasional dikendalikan segelintir orang.

Satu demi satu perkataan dari Prabowo sebetulnya mulai dibantah oleh pemerintah. Untuk kemiskinan contohnya, BPS mencatat jumlahnya masyarakat miskin Indonesia pada September 2017 tertera sampai 26,58 juta orang atau seputar 10,12 %. Sesaat jumlahnya masyarakat miskin pada September 2012 tertera sampai 28,71 juta atau seputar 11,66 %. Berarti, masyarakat miskin sebetulnya menyusut sampai 2,13 juta atau seputar 7,4 %, bukan naik 50 % seperti tuduhan Prabowo.

Walau ditunjuk pailit oleh Prabowo, keuangan Garuda Indonesia sebetulnya belum dalam perform yang baik. Dalam pertemuan wartawan ini hari, Garuda Indonesia didapati masih alami kerugian sebesar US$ 114 juta atau seputar Rp 1,65 triliun pada Semester I 2018. Tetapi, kerugian ini telah turun 60 % bila dibanding dengan periode yang sama pada 2017 yang sampai US$ 284 juta atau seputar Rp 4,11 triliun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar